Jumat, 28 April 2017


               Hello movie freak!

            Sebenarnya saya suka baca buku, tapi ternyata saya lebih suka nonton film.hehe.. Tapi saya agak picky untuk memilih tontonan. Tidak semua genre saya tonton. Salah satu genre yang sampai sekarang agak membosankan buat saya adalah romance atau romance drama. Kalian pasti pada tahu film La La Land ‘kan? Yang booming banget dan memenangkan beberapa penghargaan itu. Rating film ini di metacritic (salah satu situs review film berdasarkan para kritikus) sangat tinggi yaitu 9,3/10 dan di imdb ratingnya juga gak kalah tinggi 8,3/10. Dari ratingnya aja udah ketauan film La La Land ini bagus banget, dan setelah saya download jeng jeng jeng… saya gak suka filmnya (maaf buat para pecinta film romance). Saya pun bukan penikmat film-film drama korea yang full of romance. Genre yang saya suka mostly adalah action, sci-fi, horror, fantasy, detektif2an, daaaan genre that I adore a lot is animation.hehe… Yap, saya suka film-film Disney, kartun dan animasi sejenisnya. Terlepas dari isu yang beredar bahwa di film-film Disney banyak simbol-simbol illuminati, sex, LGBT, dan simbol merusak lainnya.

            Oke, opening ngelanturnya udah yaa (maafkan…). Jadi, film dangal ini bukan film yang full of nyanyi dan nari seperti film india pada umumnya atau seperti sinetron india di tv yang pandang2an aja sampe 5 menit. Rating film Dangal di imdb 8,8/10. Namun sayangnya di metacritic belum ada ratingnya. Sesuai judulnya, dangal berarti gulat. Film ini bercerita tentang seorang mantan atlit gulat, Mahavir Singh Phogat (Aamir Khan) yang terpaksa mengubur cita-citanya mempersembahkan medali emas untuk India di ajang Internasional karena kurangnya dukungan dari negara. Setelah mundur dari olahraga gulat ia menikah dengan Daya Kaur (Sakshi Tanwar). Nah, ketika sang istri hamil, Mahavir begitu antusias karena cita-cita yang ia kubur belum sepenuhnya mati. Diam-diam Mahavir berharap si jabang bayi yang dikandung sang istri berjenis kelamin laki-laki. Karena bagi Mahavir, hanya laki-laki yang bisa mewujudkan cita-citanya.

            Cita-cita Mahavir sekali lagi menemui jalan buntu, keempat anak yang dilahirkan Daya Kaur semuanya perempuan. Segala macam upaya ia lakukan untuk mendapatkan anak laki-laki. Semua nasihat dari saudara, tetangga, dokter, tabib, dll ia lakukan. Tapi tak ada satupun yang berhasil. Maka, ketika kelahiran anak keempat ia benar-benar mengubur mati cita-citanya. Hingga suatu hari kedua putri Mahavir, Geeta dan Babita, ketahuan berkelahi dengan seorang bocah laki-laki. Pasalnya mereka kesal karena si bocah laki-laki itu terus-terusan mengejek mereka. Mendengar cerita kedua putrinya, Mahavir sumringah. Seperti menemukan secercah harapan untuk cita-citanya. Dan, sejak hari itu Geeta dan Babita dididik menjadi atlit gulat. Sejak hari itu pula kehidupan ‘perempuan’ Geeta dan Babita direnggut paksa. Mereka tak lagi membantu ibu di dapur, di rumah, bahkan rambut mereka dipotong pendek secara paksa oleh sang Ayah. Tak hanya itu, sikap Mahavir menuai banyak cemooh dan kritik dari tetangga. Tentu imbasnya sangat dirasakan Geeta dan Babita. Tempat latihan gulat di daerah mereka pun tak mau menerima murid perempuan hingga Mahavir membuat arena gulat sendiri di tengah ladang.

            Didikan ala militer yang diterapkan oleh sang Ayah membuat Geeta dan Babita mencari ide agar Mahavir menyerah menjadikan mereka atlit gulat. Tapi, justru ketika mereka hampir menyerah mereka disadarkan akan kasih sayang Mahavir. Tentu bukan perkara mudah bagi Mahavir menerima semua cemooh dan kritik dari sana sini (karena di India, wanita hanya boleh berurusan dengan perkara rumah tangga saja), berhutang kepada bos tempat ia bekerja, semua ia lakukakn demi masa depan Geeta dan Babita. Maka, keesokan harinya tanpa dipaksa pun mereka sudah siap tepat pukul 05.00 pagi untuk latihan. Daaaan, perjuangan mereka benar-benar dimulai.

            Pertandingan pertama yang diikuti Geeta adalah pertandingan yang diadakan di distriknya. Awalnya panitia menolak. Namun, peluang penonton membludak dengan kehadiran pegulat wanita membuat panitia berubah pikiran. Maka, Geeta pun diterima. Meski harus melawan anak laki-laki, Geeta berhasil memenangkan pertandingan. Dan sejak kemenangan itu, Geeta semakin mengharusmkan nama distriknya hingga tingkat nasional. Seperti yang diharapkan, Geeta berhasil meraih medali emas di tingkat nasional, dan konsekueninya adalah ia harus pindah ke asrama atlit untuk mendapatkan dilatih mengikuti pertandingan internasional. Sungguh berat bagi Mahavir melepas putri pertamanya itu. Namun, aturan tetaplah aturan. Maka, tinggallah Babita yang dididik oleh Mahavir dengan berharap Geeta juga mendapat pelatih yang baik.

            Ternyata, konflik belum usai. Di ajang internasional tak satupun medali Geeta dapatkan. Ini membuatnya depresi. Padahal ia patuh dengan teknik yang diajarkan sang pelatih. Depresi Geeta sedikit berkurang dengan hadirnya sang adik, Babita, di asrama atlit berkat kemenangannya di ajang nasional. Nah, dari sini dimulai kembali perjuangan Mahavir mendidik anak-anaknya menjadi pegulat internasional.

            Pelatih Geeta tidak percaya dengan kemampuan Geeta di kelas 55 kg, maka tim gizi menyediakan menu diet untuk Geeta agar bisa turun ke kelas 52 kg dan berhasil meraih medali. Tapi Ayah tetaplah the real hero untuk anak-anaknya. Maka, tiap pagi Geeta dan Babita diam-diam pergi ke tempat sang Ayah untuk makan dan berlatih. Namun itu hanya berlangsung sementara, karena berat badan Geeta yang tak kunjung turun dan salah satu teman di asrama atlit melaporkan tindakan mereka ke pelatih. Cekcok pun terjadi. Geeta dan Babita hampir dikeluarkan. Namun, lagi-lagi berkat sang Ayah mereka mendapat kesempatan kedua.

            Lalu, bagaimana hasil akhirnya? Tonton saja yaa,hehehe

            Film ini menyajikan banyak adegan gulat yang menurut saya terlihat sangat nyata. Memberi pengetahuan sekilas tentang olahraga gulat dan memberi kesan haru sekaligus semangat juang sepanjang cerita. Dan Aamir Khan benar-benar berhasil menggambarkan sosok pegulat dengan badan kekar dan tampang sangar. Tentu menjelang ending cerita masih ada beberapa konflik yang menambah greget alurnya. Film ini membuat saya mengerti bahwa orang yang hanya hidup seperti air mengalir tentu tidak akan sampai ke puncak kesuksesan. Karena salah satu sifat air adalah ia mengalir ke tempat yang lebih rendah.

            Tertarik nonton? Dijamin gak bakal nyesel deh. I guarantee…