Kamis, 30 April 2020

Sebuah Pelepasan: Rasakanlah!


            Bahagia, senang, cinta, adalah beberapa contoh perasaan positif. Sedangkan sedih, kecewa, marah adalah beberapa contoh perasaan negatif. Saat ini, di era yang setiap orang bebas berpendapat, semua telunjuk menuding ke arah orang yang merasakan perasaan negatif bahwa apa yang dirasakannya adalah suatu kesalahan.
            Ketika seseorang menangis, sedih karena karena hal buruk terjadi dalam hidupnya, seseorang akan berkata;
        “Nggak usah sedih. Masih banyak orang yang merasakan hal yang lebih buruk daripada kamu.”
            Lalu ketika seseorang kecewa akan harapannya yang tak terwujud, seseorang akan berucap;
        “Nggak usah kecewa, orang lain banyak yang harapannya tidak terkabul sepertimu. Kamu masih mending, blab bla bla”
            Semua orang seolah sepakat bahwa ‘perasaan negatif’ itu tidak boleh dirasakan. Harus diusir sejauh-jauhnya. Kalau sampai kamu merasakannya, kamu berarti orang yang lemah dan tidak bersyukur.
            Saya jadi teringat film animasi Disney yang cukup populer pada masanya, judulnya Inside Out. Film ini menceritakan tentang bagaimana emosi dan pikiran seorang gadis bernama Railey yang sedang beranjak remaja bekerja. Railey tergolong anak yang ceria, kedua orang tuanya sangat menyayanginya sehingga memori-memori yang disimpan sebagian besar adalah memori kebahagiaan.
Sadness, adalah satu-satunya emosi yang sama sekali tidak diperkenankan mengambil alih kontrol atas Railey. Joy yang melarangnya. Ia beranggapan bahwa kesedihan hanya akan membawa kenangan dan memori buruk. Hingga suatu hari, entah kenapa Sadness sangat labil. Ia begitu menggebu ingin mengambil alih kontrol. Membuat hari-hari yang dialami Railey jadi berantakan. Menangis di dalam kelas, marah pada orang tuanya, kabur dari rumah, dan masih banyak hal.
Kejadian yang menjadi titik balik dari film ini adalah ketika Sadness terbuang ke gudang memori bersama Joy. Di sana mereka belajar dan menyadari bahwa semua emosi dan sikap seseorang penting dan pantas dirasakan. Bahkan sedih dan menangis sekalipun. Film ini menunjukkan bagaimana kebahagiaan bahkan bisa terwujud selepas kesedihan menghantam. Kenangan indah bahkan bisa tercipta dengan diawali deraian air mata.
Begitu pula seharusnya kita. Sedih, kecewa, marah adalah perasaan yang pantas dirasakan dan diakui sebagaimana bahagia dan gembira. Akui dulu, jangan ditolak. Kita pantas sedih atas hal buruk yang terjadi. Kita boleh kecewa jika harapan kita tak terwujud. Bahkan jika ingin menangis, menangislah! Toh ini air mata kita, kita nggak nyuri punya tetangga. Kita tidak akan terlihat lemah hanya karena menangis, kita bahkan nggak dosa hanya karena menangis.
Akuilah segala perasaan. Karena kita manusia, bukan robot.
Tapi, jangan berlarut-larut.


            Bersambung…