Sabtu, 23 Desember 2017

Ruang Kosong


                “Nantinya, hanya pasangan kita yang akan mengerti, menerima kita apa adanya, dan mengisi hari-hari selama sisa hidup kita.”
                
Kepribadian Narsistik
                Kata narsis sudah sangat familiar di era sekarang. Orang mudah menjuluki orang lain narsis. Narsis, pada level tertentu merupakan sebuah gangguan kepribadian. Narcissistic Personality Disorder.  American Psychiatric Association menjelaskan bahwa gangguan kepribadian narsistik (NPD) sebagai pola yang membesar-besarkan sesuatu (baik dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi, dan lemah dalam empati, yang dimulai dari dewasa awal dan hadir dari berbagai konteks. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik umumnya berharap orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi mereka biasa saja, dan mereka menikmati bersantai di bawah sinar pemujaan.
                Angka kejadian gangguan kepribadian narsistik ini sekitar 0-6,5% di Amerika Serikat. Saya belum mendapat data yang valid untuk angka kejadian di Indonesia. Orang tua sangat berperan penting dalam terbentuknya kepribadian narsistik ini. Kurangnya empati dari orang tua pada fase perkembangan anak merupakan faktor risiko utama. Kurangnya empati dari orang tua sejak masa perkembangan anak menyebabkan si anak terfiksasi atau stuck di tahap perkembangan grandiose di mana seseorang menganggap dirinya lebih daripada orang lain. Dampak ini terus berlanjut hingga dewasa yang menyebabkan seseorang terus mencari tanpa henti sosok ideal yang dapat memenuhi kebutuhan empati yang tidak ia dapatkan dari orang tuanya sejak kecil.
                Gejala yang biasanya muncul pada seorang NPD adalah merasa lebih dibanding orang lain, fantasi akan kesuksesan dan kekuasaan, kebutuhan untuk dipuji atau disanjung, kurang berempati pada orang lain, suka mengeksploitasi orang lain, perasaan iri yang berlebihan, merasa yang paling berhak untuk menerima apresiasi, dan menampakkan kemarahan. Seorang dengan NPD bisa juga tampak seperti seorang dengan self-esteem yang rendah, tidak bisa mengelola kritik, punya level pencapaian yang tinggi, kesepian, merasa butuh menjadi objek perhatian, dan memiliki perasaan terhina dan malu yang kuat.

Ruang Kosong
                Semua gejala yang ditunjukkan oleh seorang dengan gangguan kepribadian narsistik itu bersumber dari satu hal yaitu ruang kosong dalam diri orang tersebut. Ruang kosong ini berisi kebutuhan akan empati. Anak yang tidak mendapat empati dari orang tuanya perlahan-lahan akan menjauh sebagai akibat dari kekosongan itu. Orang tuanya tidak dapat menjadi cermin yang baik akan kebutuhan empatinya.
                Ada suatu fakta yang menyebutkan bahwa semakin dewasa seseorang maka kehadiran orang tua akan semakin intens. Pada masa remaja akan berkurang, tapi saat usia beranjak dewasa akan semakin intens. Tapi, pada orang dengan NPD justru sebaliknya. Semakin dewasa kehadiran orang tua akan semakin menghilang. Hal ini sebagai bentuk kompensasi dirinya yang tidak mampu melihat cerminan empati dalam diri orang tuanya. Akibatnya, ruang kosong itu akan tetap kosong.
                Pada orang dengan NPD biasanya tidak bisa menjalin hubungan yang mendalam dengan seseorang, baik itu teman atau pasangan. Karena dia punya tuntutan yang berlebih yaitu untuk mengisi kekosongan dirinya. Selain itu, akibat dari kekosongan itu, seorang NPD juga tidak bisa menyelami dirinya. Dia hanya di permukaan. Seperti hubungannya dengan orang lain.
                Kesulitan menyelami diri ini biasanya tergambar lewat Twenty Statements Test (TST). TST merupakan sebuah instrument untuk mengukur konsep diri seseorang. Berisi 20 pernyataan yang semua berawalan AKU. Pada orang normal, pernyataan awal akan berisi tentang pernyataan yang umum tentang dirinya. Seperti, Aku adalah anak dari si A, aku adalah mahasiswa universitas B, aku bekerja sebagai kasir, dan sejenisnya. Semakin lama tanpa sadar seseorang akan menyelami dirinya sehingga pernyataan yang muncul akan semakin menggambarkan keinginan alam bawah sadarnya, misal perasannya. Tapi, pada orang dengan NPD hal ini tidak terjadi karena ia kesulitan menyelami dirinya, kesulitan untuk mengenali dirinya sendiri. Sampai pada level tertentu ia kesulitan mengetahui keinginannya. Ia melakukan sesuatu hanya agar mendapat pujian, sanjungan dari orang lain sebagai kebutuhan dari ruang kosong dalam dirinya.

Penanganan
                Menemukan seseorang yang dapat mengisi ruang kosong dalam diri merupakan penanganan yang paling ampuh karena itu adalah akar penyebabnya. Tanpa menemukan seseorang yang fit dengan ruang kosong itu perawatan psikologis hanya akan meringankan gejala tapi tidak menyembuhkan. Melibatkan orang tua sangat penting dalam penanganan kasus ini, karena faktor penyebabnya juga bersumber dari kegagalan pola asuh orang tua.
                Seorang psikolog biasanya menggunakan sebuah pendekatan Transference-Focused Psychotherapy (TFP) untuk mengurangi perilaku merusak dan mengeksplore lebih jauh alam bawah sadar, pemikiran, dan jati diri seorang dengan NPD. Pendekatan ini akan membantu klien untuk menemukan jati diri dan menyelami keinginan alam bawah sadarnya.

                Oke, segitu aja tulisan tentang Narcissistic Personality Disorder. Saya bukan psikolog bukan juga mahasiswi jurusan psikologi. Tapi saya tertarik dengan ilmu psikologi yang membuat saya suka melakukan riset kecil2an tentang ilmu psikologi. Jadi, kalau ada mahasiswa psikologi atau psikolog yang baca ini dan informasi yang saya sampaikan keliru, silakan komen yaaa. Saya akan dengan senang hati menerima masukan.

                Hope you enjoy this! 😊

Sabtu, 25 November 2017

Main-main ke RS Terapung Ksatria Airlangga

                Stase 1 berakhir!
                Kehidupan profesi masih berlanjut. Badan sudah nuntut buat istirahat sementara libur hanya ada di angan-angan. Rasanya pengen banget sehari aja tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi. Sehari aja tidur lebih lama dan lebih tenang. Sehari aja bangun tidur gak terbebani sama laporan yang gak ada habisnya. Sehari aja makan dengan tenang tanpa kepikiran mesti belajar ini mesti belajar itu. Sehari aja bisa bla bla bla. Yap, akhirnya jadi ingin lari dari kenyataan aja T.T
                Sabtu sore menjelang malam saya baru sampe kos. Badan berasa remuk setelah dihajar 3 partus sekaligus ditambah 1 HPP gegara atonia uteri. Heboh, panik, loncat sana loncat sini udah kayak kodok. Jam dinas yang harusnya berakhi jam 14.00 jadi berakhir jam 16.30. Sampai kos rasanya pengen langsung istirahat, tapi jam 18.00 harus balik lagi demi mengejar tanda tangan pembimbing untuk laporan. Daaaaan senin-nya sudah harus masuk stase baru. Stase anak, kesehatan reproduksi, dan ginekologi. Ada jeda hari Ahad. Harusnya bisa saya gunakan untuk istirahat penuh, tapi saya nekad mengisinya dengan jalan-jalan. Pikir saya, daripada jenuh bin stress di dalam kamar yang dipenuhi atmosfer ke-profesi-an, mending saya lari dari kenyataan.hahaha
                Kebetulan, hari sabtu tanggal 11 November UNAIR mengenalkan secara resmi Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga jadi Ahadnya, 12 November, si kapal sedang bersandar manis di dermaga Pelabuhan Perak sebelum berlayar ke beberapa perairan atau pulau Indonesia. Nah karena si kapal ini mengadakan semacam open house gitu jadi saya dan beberapa teman memutuskan untuk main-main ke kapal UNAIR. Refresh badan dan otak sekaligus penasaran juga gimana isinya. FYI, sebelum launching si kapal ini sudah sempat berlayar ke Pulau Bawean dan melayani beberapa operasi di dalam kapal. Keyyeeeeeeennn…..
Ini dia penampakan RS Terapung Ksatria Airlangga. Keren 'kan?

                First impression saya ketika melihat tuh kapal adalah WOW. Ini inovasi yang bagus mengingat Indonesia adalah negara kepulauan. Belum lagi kenyataan bahwa penyebaran tenaga medis dan pelayanan kesehatan di Indonesia yang belum merata, RS Terapung ini bisa menjadi solusi. Kalau Eyang Habibi berpendapat, ‘Pesawat yang bisa menghubungkan antarpulau di Indonesia’ maka UNAIR milihnya kapal aja. Karena kalo RS-nya pake pesawat, susah parkirnya.hehehe
                Begitu masuk ke ruangan-ruangan di dalam kapal, saya makin takjub. Ada dua ruangan di bagian tengah kapal ini. Saya kurang paham ruangan apa, di ruangan pertama ada bed ginek, alat suction dan tentu lampu operasi yang besar dan terang banget itu. Di ruangan kedua kurang jelas untuk apa, karena tidak ada bed sama sekali hanya ada alat suction. Lalu kami turun, nah di lantai dasar ini lah ruang operasinya. Di luar ruang operasi ada satu bed biasa yang difungsikan sebagai ruang pemulihan pascaoperasi, tempat cuci tangan persis seperti tempat cuci tangan di OK (kamar operasi), ruang ganti yang di kanan kirinya ada lemari berisi baju OK dan berbagai APD (alat pelindung diri) lainnya. Baru lah kami masuk ke ruang operasi yang cukup luas. Ada 2 bed, 2 lampu operasi, dan beberapa perlengkapan standart kamar operasi.
Ini dia suasana kamar operasinya. Tidak seberapa besar tapi berfungsi dengan optimal. Ketika saya menulis ini, seorang bayi sudah lahir dengan selamat lewat operasi SC di atas kapal ini

Ini dia tim OK bedah-nya RST. They're really amazing!

                Satu hal yang tidak bisa saya lupakan adalah sensasi bergoyangnya. Saya membayangkan, bagaimana bisa para tim OK tetap fokus melakukan operasi dengan sensasi bergoyang yang sukses bikin saya pusing? They’re amazing! Dan pasalnya, para tenaga medis yang bertugas di RS Terapung ini tidak dibayar sepeserpun! Plok plok plok. Luar biasa!
                Calon kapal cargo yang disulap menjadi tempat pelayanan kesehatan ini tidak terlalu besar seperti bayangan saya sebelumnya. Katanya, panjangnya sekitar 30-an meter dengan lebar sekitar 7 meter. Ruangan-ruangan di dalamnya pun tidak seberapa luas. Adanya RS Terapung ini bukan untuk menyaingi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada di daerah, tapi justru untuk melengkapi. Karenanya RS Terapung ini tidak menyediakan pelayanan kesehatan dasar, karena pelayanan kesehatan dasar di daerah sudah di-cover oleh Puskesmas, dokter praktik, bidan praktik, dan sejenisnya.
                Ketika saya menulis ini, si kapal sedang berlayar ke pulau kangean. Salah satu jadwal ekspedisi RST dalam mengarungi nusantara. Katanya, tahun depan kapal ini akan berlayar sampai perairan Maluku untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dan biasanya, tim kapal akan membuka pendaftaran volunteer buat membantu perjalanan mereka. Waktu ke Pulau Bawean, teman saya sempat menjadi volunteer dan pengalaman yang dia dapatkan luar biasa. Sayangnya, saya tidak bisa ikut karena terikat dengan profesi ini T.T

                Yap, sekian dulu tulisan random ini. Kalo pengen tahu lebih jauh bisa langsung kunjungi Instagram RS Terapung Ksatria Airlangga yaa siapa tau ada pembukaan volunteer dan kalian bisa daftar. Semoga bermanfaat J

Senin, 06 November 2017

Yes, I'm an INTP!


      MBTI Myers-Birggs Type Indicator (MBTI) adalah sebuah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan. MBTI didasari pada jenis dan preferensi kepribadian dari Carl Gustav Jung, yang menulis Psychological Types pada tahun 1921 MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers pada sejak 1940. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan tipe kepribadian seseorang.

                Dalam MBTI ada empat dimensi kecenderungan sifat dasar manusia:
1.       Dimensi pemusatan perhatian: Introvert (I) vs. Ekstrovert (E)
Apakah Anda lebih memilih untuk fokus pada dunia luar atau dunia Anda sendiri?
2.      Dimensi memahami informasi dari luar : Sensing (S) vs. Intuition (I)
Apakah Anda lebih memilih untuk berfokus pada informasi dasar yang Anda gunakan atau Anda lebih memilih untuk menafsirkan dan memberi makna?
3.       Dimensi menarik kesimpulan & keputusan : Thinking (T) vs. Feeling (F)
Saat membuat keputusan, apakah Anda lebih suka mempertimbangkan alasan logis atau mempertimbangkan kondisi orang lain dan keadaan khusus?
4.      Dimensi pola hidup : Judging (J) vs. Perceiving (P)
Dalam berurusan dengan dunia luar, apakah Anda lebih suka jika sesuatu sudah diputuskan atau Anda lebih memilih untuk tetap memiliki peluang dengan pilihan-pilihan baru?
Nah masing-masing dimensi ini berinteraksi satu sama lain dan membentuk 16 jenis kepribadian yang berbeda.

Sedari jaman SMA (baca: mondok) saya sudah hobi baca buku-buku psikologi. Bagi saya, ilmu psikologi itu absurd tapi menarik. Salah satu buku yang saya baca adalah tentang tes MBTI ini. Karena di akhir buku ada kuesioner untuk mengetahui jenis kepribadian MBTI ini akhirnya saya iseng ngisi. Daaaan hasilnya adalah INTP. Bertahun-tahun berselang, saya tes lagi ternyata hasilnya masih sama.

Apa itu INTP?
Tipe kepribadian INTP (Introvert, Intuition, Thinking, Perceiving) ini termasuk yang langka setelah tipe kepribadian INFJ dan INTJ. INTP popular dengan sebutan “The Thinker” atau “The Architect”. Populasinya sekitar 2,5-3 % dari total populasi manusia di dunia. Fairly rare, huh? Tapi, menjadi ‘tidak biasa’ memang merupakan satu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi INTP.
Seorang INTP seringkali tampak melamun, terkesan ansos, atau tidak bisa berempati. Sejatinya mereka tidak melamun, karena otak mereka terus bekerja memikirkan berbagai macam hal atau justru suara-suara di dalam kepala mereka yang sibuk berdebat. Ini juga sering terjadi pada saya. Bahkan, saat saya sedang ngobrol sama teman (tapi obrolannya kurang menarik minat saya), isi kepala saya bisa melayang ke mana-mana dan memikirkan macam-macam. Hahaha, maafkan.. tapi e tapi ketika obrolan itu menarik perhatian seorang INTP, dia akan sangat antusias. Dan biasanya akan tampak leluasa mengutarakan ide-ide, teori, dan pemikirannya. Karena seorang INTP hanya tertarik dengan obrolan tertentu, mereka jadi tampak seperti anti sosial. Lebih suka menyendiri dan bisa betah pergi atau jalan sendiri. Ini saya banget, saya suka sekali pergi ke suatu tempat sendiri, terutama ke perpustakaan atau toko buku. Entah, rasanya lebih tenang. Eits, bukan berarti saya tidak suka pergi dengan teman-teman. Beda rasa. Ketika pergi sendiri saya merasa tenang. Tapi ketika pergi dengan teman-teman yang cocok dengan saya, saya merasa energyzed. Ya semacam itu lah.
Karakteristik paling menonjol dari tipe kepribadian INTP adalah mereka tampak sulit berempati, sulit memberikan dukungan emosional. Seorang INTP lebih suka memberi dukungan dalam bentuk saran-saran logis karena mereka memang lebih fokus pada rasionalitas dan sesuatu yang masuk akal daripada kepada nilai-nilai personal seperti perasaan seseorang. Dulu, saya agak tersiksa dengan karakteristik sulit berempati ini. Karena di dunia perempuan berempati seperti hal yang wajib. Tapi bagi saya, menunjukkan empati itu susahnya minta ampun. Saya bisa hanya berdiam saja ketika melihat teman yang menangis. Alih-alih menampakkan wajah ikut sedih apalagi memeluk dan menenangkan, saya justru akan bertanya dengan blak-blakan kenapa dia menangis. Kalo nggak mau bilang, ya saya diamkan. Saya tidak akan menebak-nebak apalagi memaksa. Ini yang membuat saya sulit punya lingkaran pertemanan yang amat dekat. Karena sebagian besar teman-teman saya dulu itu perempuan banget, yang harus selalu be treated pake perasaan. Sampai akhirnya Allah mengirim saya ke lingkaran pertemanan yang membuat saya nyaman menjadi the realest me.hehehe
Satu hal yang tidak saya miliki sebagai seorang INTP adalah minat yang jelas. Dulu, saya punya minat yang jelas dengan beberapa hal. Tapi, sejak saya sekolah bidan which is bukan minat saya, saya seperti kehilangan jati diri saya. Saya seperti melupakan hobi dan passion saya. Ini agak menyiksa mengingat orang INTP tidak akan bersungguh-sungguh dengan sesuatu yang bukan minatnya. Lambat laun saya bertemu banyak orang, berdiskusi dengan beberapa orang, menganalisis banyak kejadian akhirnya saya mendapatkan lagi minat saya. Tapi sekali lagi, kesibukan kuliah kebidanan terlalu banyak menyita waktu saya sampai akhirnya saya tidak bisa fokus dengan minat saya. Satu hal yang saya syukuri, kecintaan akan pengetahuan dan teori yang merupakan satu ciri khas orang INTP membuat saya bisa bertahan menekuni bidang kebidanan ini. Alhamdulillah…

Kelebihan dan Kekurangan
-Strength-
1. Great analysts and abstract thinkers
Orang dengan tipe kepribadian INTP unggul dalam kemampuan analisis, melihat bagaimana faktor-faktor yang tampaknya tidak terkait saling terkait satu sama lain.
2. Imaginative and original
Gagasan yang diajukan seorang INTP kadang kala tampak tidak nyambung atau bukan merupakan titik terang permasalahan, tapi mereka akan selalu membuktikan inovasi-inovasi yang luar biasa.
3. Open-Minded
Mereka sangat menerima teori alternatif, asalkan didukung oleh logika dan fakta. Dalam masalah yang lebih subyektif seperti norma dan tradisi sosial, INTP biasanya cukup liberal, dengan sikap "none of my business".
4.      Enthusiastic
Bila ide baru menarik minat mereka, INTP bisa sangat antusias meski sejatinya mereka adalah tipe kepribadian pendiam. Jika ada orang lain memiliki minat yang sama dengan mereka, mereka bisa jadi benar-benar bersemangat untuk mendiskusikannya. Mereka bisa bicara terus saking semangatnya.haha
5.      Objective
Orang INTP sangat realistis dan logis sehingga dalam memecahkan masalah jarang sekali mereka memperhatikan pertimbangan perasaan atau subjektivitas. Analisis, kreativitas dan keterbukaan pikiran INTP dapat menjadi sumber kebenaran bagi orang-orang di sekitar mereka, sejauh kebenaran-kebenaran itu dapat diungkapkan, dan mereka bangga dengan peran sebagai mediator teoretis ini.
6.      Honest and straightforward
Seorang INTP bisa sangat blak-blakan karena mereka sangat menghargai kejujuran, mereka percaya bahwa kebenaran adalah faktor yang paling penting. Dengan kata lain, sampaikanlah kejujuran meski pahit.hehe

-Weakness-
1. Very private and withdrawn
Intelektualisme orang INTP menghasilkan banyak gagasan untuk lingkungan sekitar mereka, tapi justru terkadang lingkungan sekitar lah yang menjadi gangguan terbesar bagi orang INTP. Hal ini dikarenakan mereka sangat pemalu dan menarik diri dari kehidupan bersosial. Mereka lebih suka menyendiri dan bekerja sendiri.
2. Insensitive and absent-minded
Sering kali kepribadian INTP terperangkap dalam logika mereka sehingga melupakan pertimbangan emosional apa pun. Situasi emosional seringkali sangat membingungkan bagi orang INTP, dan karena kesulitan mereka dalam berempati membuat orang-orang di sekitar mereka tersinggung. Ini saya banget, saya bisa secara blak-blakan menanyakan maksud atau poin yang mau disampaikan dari curhatan seorang teman dan tentu saja berakhir dengan teman saya jadi makin cemberut karena saya tidak peka. Nah, karena susahnya memahami emosional orang lain, orang INTP biasanya dianggap tidak peduli meski sebenarnya mereka juga sedang mencerna situasi emosional yang terjadi.
3. Condescending
Orang-orang dengan tipe kepribadian INTP bangga dengan pengetahuan dan pemikiran mereka, dan senang berbagi gagasan mereka, namun karena  senang berbagi gagasan dan merasa perlu menyederhanakan isi pikiran mereka, orang INTP jadi terkesan merendahkan orang lain padahal mereka sedang berjuang untuk mengukur perspektif rekan percakapan mereka.

Karir
Seorang INTP cocok berkarir menjadi Ilmuwan, Fotografer, Programmer, Ahli komputer, System Analyst, Penulis Buku, Ahli Forensik, Jaksa, Pengacara, Teknisi.
See? Tidak ada satu pun karir yang cocok bagi orang INTP yang berhubungan dengan manusia secara langsung. Dan sekarang saya terperangkap dalam bidang yang harus bin wajib berhubungan langsung dengan manusia terlebih harus memahami situasi emosional mereka. I’m very struggling for this T.T



Oke, segitu saja penjelasan tentang INTP. Untuk lebih lengkapnya atau ingin tahu tentang jejnis kepribadian yang lain bisa cek langsung website The Myers and Briggs Foundation. Oh ya, ada juga website yang menyediakan tes online MBTI ini, silakan klik di sini. Selamat mencari tahu jenis kepribadianmu! J

Selasa, 17 Oktober 2017

Assalamu'alaikum bu dan teman-teman, sekedar share info setelah mengikuti Simnas di UGM kemarin

Salam sejawat, mahasiswa bidan Indonesia!

Pada 13-14 Oktober 2017, telah diadakan Forum Mahasiswa Kebidanan di hotel MM UGM, Yogyakarta, yang dihadiri 27 mahasiswa seluruh jenjang bidan dan dari seluruh Indonesia dengan perwakilan Stakeholder dari IBI Pusat, Kemenristekdikti, Kemenkes RI, dan AIPKIND. Dilanjutkan dengan seminar nasional tgl 15 Oktober 2017 bersama IBI dan BPPSDMK di Auditorium MM UGM Yogyakarta.

Kesimpulan besar yang kami dapatkan setelah berbincang panjang dengan Stakeholder, adalah sebagai berikut :

(Saya sarankan teman-teman memahami terlebih dulu level KKNI 2012 dan Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015)


1. Apa perbedaan lulusan Sarjana Kebidanan (S1) dan Sarjana Sains Terapan (D4)?

Klarifikasi:
Tidak ada perbedaannya menurut level KKNI 2012 dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) dalam Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015, dengan masa belajar maksimal 144 SKS + 24 SKS Profesi. Secara umum, pendidikan kebidanan dibagi menjadi 2 yaitu pendidikan Vokasi (D3) dan Profesi (D4 dan S1). Jadi D4 dan S1 merupakan multientry single output bagi tenaga profesi kebidanan Indonesia.

2. Mengapa S1 didirikan bila sudah ada D4 sebagai bidan pendidik?

Klarifikasi:
Dulu, program D4 tidak menjalankan program profesi seperti layaknya S1 sekarang ini. Menurut permenristekdikti, tenaga pendidik untuk diploma tiga minimal berada di level 8 serta memiliki sertifikat profesi kebidanan (gelar Bd.) demi meningkatkan kulaitas hasil didik. Maka dibentuklah S1 yg secara terencana akan menjalani proses studi sampai memiliki gelar Bd. tersebut.

3. Bagaimana dengan lulusan D4 atau yang sekarang sedang menjalani program D4?

Klarifikasi:
Agar memiliki level yang qualified menjadi tenaga pendidik, maka D4 harus melewati masa Profesi dengan beban 24 SKS. Jadi tidak ada perbedaan dengan S1. Selain itu untuk mendapatkan sertifikat kompetensi agar kemudian didaftarkan STR, maka D4 kebidanan harus menjalankan ujian kompetensi seperti D3 dan S1.

4. Bagaimana bisa S1 dan D4 berada di level yang sama sementara proses perkuliahannya berbeda? S1 memiliki porsi 60% teori dan 40% praktik. Sementara D4 memiliki 40% teori dan 60% praktik?

Klarifikasi:
Kita mengacu pada Perkemenristekdikti nomor 44 tahun 2015. Disitu dijelaskan detil bahwa D4 dan S1 tidak ada perbedannya. Kita sedang dalam masa transisi pembentukan S1 Kebidanan demi tercapainya generasi mahasiswa ke tiga yaitu mahasiswa yang inovatif, kritis, mendalami penelitian, dan berjiwa enterepreneur. Namun kita juga perlu memerhatikan nasib bidan lulusan D4 yg sudah ada, intansi dengan prodi D4, serta mahasiswa yg sedang menjalani program D4. Maka diadakannya pendidikan Profesi dan pelaksanaan ujian kompetensi ntuk D4 adalah solusi dari transisi ini.

5. Apakah kedepannya kondisi kesetaraan level S1 dan D4 akan tetap ada?

Klarifikasi:
Seharusnya semenjak berdirinya S1 Kebidanan, D4 kebidanan harus berhenti beroperasi. Namun Kemenkes RI, AIPKIND, IBI, dan Kemristekdikti tidak bisa menutup mata bahwa di Indonesia terdapat ratusan instansi prodi D4, mahasiswa D4, dan lulusan D4. Untuk beradaptasi dengan hal itu, maka diputuskan prodi D4 boleh menerima mahasiswa baru sampai tahun 2016, dengan pertimbangan dapat mengikuti proses belajar sampai tahun 2020.
Setelah tahun 2020 ujian kompetensi bidan untuk D4 akan dihentikan, program studi D4 akan ditutup. Jika progran studi D4 tahun 2017 ini masih ada, maka satu-satunya jalan adalah instansi tersebut bertanggungjawab terhadap pendidikan profesi dan ujian kompetensi nya.

6. Untuk apa diadakan uji kompetensi bidan?

Klarifikasi:
Dulu, ukom ini diadakan sebagai evaluasi bidan yang sudah ada. Semenjak tahun 2013, ukom diadakan sebagai exit exam dimana apabila lulusan institusi tidak lulus ukom maka tidak berhak mengikuti pengajuan STR.

7. Terkait uji kompetensi bidan yang selama ini berlangsung, dari manakah indikator ujian tersebut? Karena Standar Pelayanan Bidan terdapat beberapa perbedaan dengan wewenang bidan menurut Permenkes RI.

Klarifikasi:
Indikator ujian kompetensi bidan mengacu pada Standar Pelayanan Kebidanan tahun 2006. Pada tahun 2017 ini akan diajukan standar yg baru namun masih akan diajukan ke kemenristekdikti. Faktanya dari tahun tahun mengalami hasil lulusan yang fluktuatif. Hasil lulusan berkaitan dengan akreditasi institusi. Akreditasi A rata-rata berhasil meluluskan 80% bidan, akreditasi B 70%, dan akreditasi C kurang dari 70%. Sementara di Indonesia hanya terdapat 2 institusi akreditasi A, 204 intitusi akreditasi B, dan 137 institusi akreditasi C, dan 81 intitusi masih dalam tahap pengajuan. Dalam artian, institusi kebidanan di Indonesia belum sepenuhnya siap dengan ujian kompetensi ini.

8. Jumlah tenaga bidan mencapai 448.483 tenaga, namun sepertinya belum terdistribusi dengan baik. Bagaimana?

Klarifikasi:
Jumlah bidan sebenarnya tidak mencapai demikian. Karena data tersebut merupakan STR. Kemenkes tidak mensortir mana STR baru mana STR yang re-registrasi. Bidan memang belum terdistribusi maksimal. Terutama daerah perifer. Dikarenakan dari tenaga bidannya sendiri yang tidak ingin dimigrasikan. Banyak tantangannya seperti geografi, sarana prasarana, endemisitas, dsb. Sampai saat ini Kemenkes RI dan IBI masih berupaya memaksimalkan mendidik bidan daerah tersebut.

9. Apa sebenarnya perbedaan bidan vokasi dengan profesi?

Klarifikasi:
Secara keilmuan bidan profesi lebih mengedepankan analisis kasus. Kenapa. Dan mengapa. Sehingga bisa memberi konseling yg baik untuk pasien dan keluarganya. Estimasi kami, untuk puskesmas non rawat inap dibutuhkan minimal 1 bidan profesi dan 3 bidan vokasi. Untuk puskesmas rawat inap dibutuhkan 2 bidan profesi dan 5 bidan vokasi.

10. Salah satu tantangan bagi pendidikan kebidanan adalah banyak tenaga dosen yang belum berpengalaman kerja di lahan. Sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Sementara tidak ada aturan yang mengatur bahwa tenaga pendidik harus memiliki pengalaman kerja. Bagaimana?

Klarifikasi:
Ya. Betul sekali. Terimakasih masukannya, dari IBI sesungguhnya sudah merencanakan membuat aturan seperti itu, namun masih akan dikordinasikan dengan kemenristekdikti. Semoga segera bisa ditetapkan.

11. Bagaimana dengan progres RUU Kebidanan sampai saat ini?

Klarifikasi:
Kebetulan pada Oktober 2017 ini, draft RUU sudah dibawa ke badan legislatif. Semoga tahun ini bisa disahkan.

Demikian hasil diskusi antara mahasiswa kebidanan dengan stakeholder. Terimakasih untuk para stakeholder yang telah menjelaskan dengan detil dan sangat terbuka. Kami mahasiswa siap mendukung demi kemajuan kebidanan di Indonesia. Salam sejawat, hidup bidan Indonesia.

Fitra Nurul Fayani
S1 Kebidanan Universitas Brawijaya

Sabtu, 30 September 2017



Janji Sarjana Kebidanan Sebelum Memasuki Pendidikan Profesi

           
3 Agustus 2017, akhirnya diresmikan dapet gelar S.Keb (Sarjana Kebidanan)!
          Menjadi bidan bukan perkara mudah. Memutuskan untuk mencintai profesi ini, bagi saya butuh bertahun-tahun (sampai sekarang masih berusaha). Jika sebagian besar mereka yang memilih profesi ini atas dasar kehendak sendiri, berbeda dengan saya (dan beberapa teman yang senasib, hehe). Tahun pertama sekolah kebidanan saya hampir mengikuti tes SNMPTN lagi, saking enggak-suka-nya sekolah bidan. Tahun kedua, saya makin gak suka, sampe curhat ke dosen. Dan di tahun itu saya tahu kenapa saya gak suka. Eits, tapi rahasia, yaa…

Sabtu, 19 Agustus 2017

MANAJEMEN KONFLIK


             Kemarin, bertepatan dengan HUT RI Ke-72 saya memutuskan untuk kembali ke tanah rantau. Sejak 2 hari lalu bawaannya pengen segera balik ke Surabaya. Alasan utamanya adalah saya pengen hibernasi dulu sebelum segala kesibukan per-profesi-an dimulai (hahaha). Karena di masa profesi, tidur adalah hal langka. Sebagian besar waktu bakal dihabiskan di RS, Puskesmas, atau BPM. Kalo pulang pasti digunakan buat nulis target, ngerjakan laporan, belajar buat ujian, dan sejenisnya. Ada waktu kosong pasti pengennya dimanfaatkan buat tidur (alesan aja, sih.hehehe).

                Eniwey, kembali ke topik. Jadi, ketika di perjalanan kembali ke Surabaya dari Probolinggo, saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu muda (sekitar seumuran saya) yang membawa anak kecil usia sekitar 3-4 tahun. Kebiasaan saya di perjalanan itu tidur, saya sangat jarang membuka obrolan ketika bepergian naik bus. Bukan ansos atau sombong, tapi karena saya sering mabuk darat, hehehe. Si ibu membuka obrolan dengan pertanyaan basa basi, tanya mau ke mana dan asli mana. Ternyata si Ibu ini juga mau ke Surabaya dan sama-sama dari Situbondo. Perjalanan sejauh itu, saya perhatikan ibu ini enggak bawa barang apapun kecuali dompet sama Hp. Wajahnya juga keliatan bingung. Lalu iseng saya tanya, “Mbak cuma pergi berdua sama anak aja ke Surabaya?” Si ibu mengangguk lesu, lalu jawaban yang keluar dari mulut ibu muda ini membuat saya kaget dan enggak habis pikir. “Saya kabur dek. Suami saya sudah ketahuan selingkuh tapi nggak mau ngaku. Jadi saya kabur aja biar dia tau rasa.”
Akhirnya obrolan kami jadi ngalor ngidul. Saya jadi tau latar belakang ibu ini, kisah selingkuhnya si suami, pernikahan yang tidak dia inginkan dan lain-lain tanpa saya tanya. Ya, begitulah wanita, ia hanya butuh didengarkan.
         Sepanjang jalan sampai saya tiba di kos pertanyaan “Kenapa mesti kabur? Kenapa nggak diomongin baik-baik sama suami?” terus terngiang-ngiang. Lalu saya teringat materi sekolah pranikah beberapa waktu lalu. Jadi, manusia itu punya berbagai cara menghadapi konflik. Dan biasanya tiap orang cenderung menggunakan satu cara tertentu dalam menghadapi konflik. Kata Pak Thomas dan Pak Kilmann, ada 5 gaya manajemen konflik; 1) Competing, 2) Collaborating, 3) Compromising, 4) Avoiding, 5) Accommodating. Nah, si ibu ini nih sepertinya tipe yang avoiding atau menghindar. Gaya manajemen konflik ini memiliki tingkat keasertifan dan kerja sama rendah. Orang dengan gaya ini cenderung akan menghindar atau menari diri dari konflik. Bentuk menghindarnya bisa berupa menjauhkan diri dari pokok masalah, menunda menyelesaikan masalah hingga waktu yang tepat, atau menarik diri dari konflik yang mengancam dan merugikan. Daaaaaan, gaya ini adalah yang paling berbahaya. Karena biasanya orang dengan gaya ini akan menghindar sambil membawa setumpuk kemarahan, kekesalan, dan segala emosi negatif lainnya. Dan ginamapun konflik itu mesti bin harus diselesaikan. Kalo menghindar terus yang ada konfliknya jadi gunung merapi dan suatu saat bisa meletus :( Meski begitu, tetap ada positifnya. Yaitu, orang dengan gaya ini bisa mendinginkan emosi dulu sebelum memulai penyelesaian konflik.


                Gaya manajemen konflik yang paling baik adalah collaborating atau kolaborasi. Gaya ini memiliki tingkat keasertifan dan kerjasama tinggi. Saat berkolaborasi, seseorang akan berusaha bekerja sama dengan orang lain dan mencari solusi serta alternatif solusi yang paling sesuai untuk kedua belah pihak. Kolaboriasi antarpasangan bisa menggali perhatian dasar dari masing-masing pihak, menggali ketidakcocokan sebagai wawasan baru untuk dipelajari, menyesuaikan kondisi yang bisa memicu konflik sehingga konflik dapat dihindari, atau mencoba menemukan solusi kreatif untuk masalah interpersonal. Karena kolaborasi melibatkan perhatian dan kepentingan dua orang, gaya ini biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan masalah.
                Gaya competing atau bersaing ini memiliki keasertifan tinggi dan kerjasama rendah, berorientasi pada kekuatan. Orang dengan gaya ini biasanya bersikap tegas dan menggunakan kekuatannya seperti kekuasaan, keahlian, pangkat, posisi, atau kemampuan persuasif untuk menyelesaikan masalah. Positifnya bagus digunakan saat situasi mendesak, tapi jika orang dengan gaya ini bertahan lama bisa mengganggu suatu hubungan. Apalagi kalau diterapkan terlalu sering dalam hubungan pernikahan.
                Lawan dari competing adalah accommodating atau akomodasi yang memiliki keasertifan rendah tapi kerjasama tinggi. Orang akomodatif akan mengabaikan kepentingan dan perhatian dirinya, ia akan lebih mementingkan orang lain. Gaya ini biasanya berbentuk pengorbanan diri, beramal tanpa pamrih, mematuhi aturan orang lain padahal sejatinya ia tidak sejutu/ingin, atau menyerah pada sudut pandang orang lain. Positifnya orang dengan gaya ini adalah orang yang peduli dengan orang lain daripada si masalah, tapi jika terlalu sering biasanya akan muncul rasa kesal dan sesal karena tidak bisa menyampaikan pendapat.
                Gaya yang terakhir adalah gaya compromising atau kompromi. Gaya ini berada di tengah-tengah keasertifan dan kerjasama. Compromising juga berada di tengah-tengah competing dan accommodating, lebih dari sekedar bersaing tapi kurang akomodatif. Orang dengan gaya ini akan mencoba menemukan solusi yang bisa memuaskan semua orang dengan setiap orang diharapkan sumbangsihnya (nah, apa nggak bingung, tuh?). Positifnya adalah solusi yang timbul dari gaya ini akan menguntungkan kedua belah pihak, tapi akan memakan banyak waktu karena harus menemukan solusi yang menyenangkan semua orang. Padahal tiap kepala punya mau yang beda-beda.
                Nah, setiap orang pasti punya gaya manajemen konflik yang berbeda. Pun ini hanya salah satu dari teori manajemen konflik. Masih banyak teori manajemen konflik yang lain. Kalau ingin tahu gaya manajemen konflik diri, bisa coba mengisi kuesioner ini. Selamat mencoba…
                Oke, saya cuma memberi prolog saja. Lebih lengkapnya tentang manajemen konflik ala Pak Thomas dan Pak Kilmann bisa dilihat di sini, yaa.
                Semoga bermanfaat :)

Sumber:
Thomas-Kilmann Conflict Mode oleh Kenneth Thomas dan Ralph H. Kilmann
Manajemen Konflik dalam Pernikahan oleh Hafid Algristian, dr., SpKJ