Minggu, 20 Maret 2016

KAMI PRAMUKA, TAPI KAMI TETAP MUSLIMAH



            Lengket. Berkeringat. Gerah. Cukup menjadi alasan untukku tetap sabar berdiri mengantre di sini. Aku masih mengenakan kostum coklat-coklat sementara temanku yang lain sudah segar sedang merapikan tenda kami. Sebuah gamis hitam terselip di antara lenganku. Suara ‘byar byur’ air dari dalam kamar mandi menggelitik kesabaranku.
            “Ah, lama sekali, sih!”