Selasa, 12 Maret 2013

Baik Sangka = Hasil


   
            Ada banyak hal yang tak pernah kita minta
            Tapi Allah tak pernah alpa menyediakannya untuk kita
            Jika demikian, atas doa-doa yang kita panjatkan
            Bersiaplah untuk diijabah lebih dari apa yang kita mohonkan
            Kita selalu punya potensi untuk husnudzon alias baik sangka. Jika tidak, tentu kita tak akan punya harapan-harapan. Tentu kita juga telah memahami konsep “Allah sesuai dengan prasangka hambaNya”. Lantas, apakah kita telah benar-benar dapat menerapkannya kepada hamba-hambaNya?
Saya akan mengisahkan sebuah cerita yang dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah. Tentang seorang petani tua dan keledainya. Suatu hari, keledai tua milik petani tua terperosok ke dalam sumur tua. Petani itu begitu menyayangi keledainya, sahabat perjuangan selama belasan tahun. Maka, dicobanya segala cara untuk menolong sahabat tercintanya keluar dari sumur tua yang gelap.
            Mulanya ia mengambil tali, kemudai melemparkan ke dalam sumur tua dan berseru, “Ambil tali itu dan ikatkan pada tubuhmu! Akan kutarik kau ke atas!” usahanya yang pertama gagal. Kemudian ia mengikat talinya membentuk laso dan sekali lagi melemparkannya ke dalam sumur tua. Diteriakinya si keledai agar masuk ke dalam simpul tersebut. Cara kali ini juga gagal.
            Si petani tua terus berusaha mencari cara agar keledai sahabatnya itu dapat kembali ke sisinya. Hingga hari mulai gelap, si petani duduk bersandar pada sumur tua tersebut. Ia mulai putus asa. Ia mendesah, mengambil keputusan untuk menimbun sumur tua dengan tanah dan mengubur keledai kesayangannya di dalam. Biarlah, “Keledaiku tersayang.. Terima kasih atas persahabatan kita. Kini saatnya engkau beristirahat. Rehatlah dengan tenang,”
            Mata si petani basah saat ia mengambil cangkul dan melemparkan tanah ke dalam sumur tua. Si keledai marah saat segenggam tanah mengenai punggungnya. Saat segenggam tanah kedua ia mulai mengerti apa yang harus dilakukan. Ia memanfaatkan tanah-tanah itu untuk meninggikan pijakannya. Hingga malam kian gelap, sang petani bersedih mengira bahwa keledainya telah sempurna terkubur, ia merapal doa dalam tangis untuk sahabat tersayangnya. Saat itulah, si keledai meloncati tubuhnya dengan ringkikan bahagia, keluar dari sumur tanpa kurang suatu apa.
            Itulah ajaibnya baik sangka.
            Tugas kita adalah baik sangka. Bahwa yang seringkali kita anggap musibah, mungkin saja sebuah pertolongan Allah. Jika kita berbaik sangka maka hanya kebaikan yang akan terlihat dan kita terima. Kalaupun niatnya tak suci, kita tetap bisa mendapatkan kebaikannya. Dengan prasangka baik.

Minggu, 10 Maret 2013

Bagaimana Tata Cara Bertaubat





1.      Sediakan tempat khusus untuk sendiri. 
Jika munajat dilakukan dengan banyak orang, peluang untuk riya akan besar. Sebaliknya, jika dilakukan sendirian di kamar, di mihrab pribadi, tidak ada orang lain, kita akan lebih terjaga dari perbuatan riya. Hal ini telah dicontohkan Siti Fatimah, putri nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah mempunyai tempat khusus di rumahnya, semacam Mihrob, untuk melakukan shalat dan bermunajat kepada Allah SWT. Di Mihrob inilah Siti Fatimah bermunajat dan bertaqarrub kepada Allah SWT. Setiap malam ia melakukannya hingga kakinya bengkak-bengkak seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Mulailah dengan Berwudhu
Awalilah proses munajat dengan berwudhu. Lakukan wudhu yang terbaik, sempurnakan sunnah-sunnahnya, hadirkan hati, hayati setiap melaksankan rukunnya, jangan biarkan setiap tetes air wudhu lewat begitu saja. Allah SWT menggambarkan tentang wudhu ini dalam firmannya, sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah SWT tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6).

3.      Shalat Sunnah Hajat Taubat
Setelah shalat tahajud, lanjutkanlah dengan mengerjakan shalat sunat hajat taubat. Sebenarnya dengan melakukan shalat tahajud penuh dengan keikhlasan cukup sebagai pembuka sebelum taubat dan muhassabah diri. Dan dengan shalat tahajud itu pula, kita sedang bertaubat kepada Allah SWT. Lakukan shalat dengan cara yang terbaik, tertib dan khusyu.

4.      Berdoa, tafakur, dan bermuhasabah
Lakukanlah doa memohon dibukakan hati, tafakur, dan muhasabah dengan mengucapkannya. Jangan hanya dalam hati. Allah SWT memberikan gambaran tentang muhassabah atau menghitung-hitung amal yang telah dilakukan dengan firmannya dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Hasyr:18)

5.      Mengingat kematian
Dengan mengingat mati, rasa takut akan dosa yang belum ditaubati akan muncul. Baagaimana bisa kembali pada Allah SWT, jika masih banyak dosa kita yang belum kita taubati? Apa yang akan terjadi di akhir nanti jika Allah SWT belum mengampuni dosa-dosa kita?

6.      Istigfar
Setelah mengingat kematian, segeralah istigfar-i dosa-dosa kita satu persatu. Istigfarlah dengan sepenuh hati. Mintalah ampun kepada-Nya atas segala dosa yang telah dilakukan. Taubat tidak cukup dengan satu kali. Harus berali-kali dan setiap saat. Allah berfirman: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Q.S.Ali Imron:133)

7.      Memohon dijaga dari dosa
Jika sudah bertaubat, berdoalah Ya Allah SWT jauhkan hambamu dari kemusyrikan. Ini mengisyaratkan bahwa hal yang paling utama kita lakukan adalah membersihkan diri dari segala dosa, selanjutnya adalah minta supaya kita dijaga oleh Allah SWT dari kemusyrikan dan dosa-dosa lainnya.

8.      Meminta maaf kepada orang yang kita pernah melakukan kesalahan kepadanya
Jika seorang anak berdosa kepada kedua orang tuanya, cepatlah meminta maaf kepada keduanya. Jika mereka telah meninggal dunia, doakanlah agar mereka diampuni dari segala dosa-dosanya, dan agar mereka mendapatkan kebahagiaan di alam kuburnya