Sabtu, 23 Desember 2017

Ruang Kosong


                “Nantinya, hanya pasangan kita yang akan mengerti, menerima kita apa adanya, dan mengisi hari-hari selama sisa hidup kita.”
                
Kepribadian Narsistik
                Kata narsis sudah sangat familiar di era sekarang. Orang mudah menjuluki orang lain narsis. Narsis, pada level tertentu merupakan sebuah gangguan kepribadian. Narcissistic Personality Disorder.  American Psychiatric Association menjelaskan bahwa gangguan kepribadian narsistik (NPD) sebagai pola yang membesar-besarkan sesuatu (baik dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi, dan lemah dalam empati, yang dimulai dari dewasa awal dan hadir dari berbagai konteks. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik umumnya berharap orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi mereka biasa saja, dan mereka menikmati bersantai di bawah sinar pemujaan.
                Angka kejadian gangguan kepribadian narsistik ini sekitar 0-6,5% di Amerika Serikat. Saya belum mendapat data yang valid untuk angka kejadian di Indonesia. Orang tua sangat berperan penting dalam terbentuknya kepribadian narsistik ini. Kurangnya empati dari orang tua pada fase perkembangan anak merupakan faktor risiko utama. Kurangnya empati dari orang tua sejak masa perkembangan anak menyebabkan si anak terfiksasi atau stuck di tahap perkembangan grandiose di mana seseorang menganggap dirinya lebih daripada orang lain. Dampak ini terus berlanjut hingga dewasa yang menyebabkan seseorang terus mencari tanpa henti sosok ideal yang dapat memenuhi kebutuhan empati yang tidak ia dapatkan dari orang tuanya sejak kecil.
                Gejala yang biasanya muncul pada seorang NPD adalah merasa lebih dibanding orang lain, fantasi akan kesuksesan dan kekuasaan, kebutuhan untuk dipuji atau disanjung, kurang berempati pada orang lain, suka mengeksploitasi orang lain, perasaan iri yang berlebihan, merasa yang paling berhak untuk menerima apresiasi, dan menampakkan kemarahan. Seorang dengan NPD bisa juga tampak seperti seorang dengan self-esteem yang rendah, tidak bisa mengelola kritik, punya level pencapaian yang tinggi, kesepian, merasa butuh menjadi objek perhatian, dan memiliki perasaan terhina dan malu yang kuat.

Ruang Kosong
                Semua gejala yang ditunjukkan oleh seorang dengan gangguan kepribadian narsistik itu bersumber dari satu hal yaitu ruang kosong dalam diri orang tersebut. Ruang kosong ini berisi kebutuhan akan empati. Anak yang tidak mendapat empati dari orang tuanya perlahan-lahan akan menjauh sebagai akibat dari kekosongan itu. Orang tuanya tidak dapat menjadi cermin yang baik akan kebutuhan empatinya.
                Ada suatu fakta yang menyebutkan bahwa semakin dewasa seseorang maka kehadiran orang tua akan semakin intens. Pada masa remaja akan berkurang, tapi saat usia beranjak dewasa akan semakin intens. Tapi, pada orang dengan NPD justru sebaliknya. Semakin dewasa kehadiran orang tua akan semakin menghilang. Hal ini sebagai bentuk kompensasi dirinya yang tidak mampu melihat cerminan empati dalam diri orang tuanya. Akibatnya, ruang kosong itu akan tetap kosong.
                Pada orang dengan NPD biasanya tidak bisa menjalin hubungan yang mendalam dengan seseorang, baik itu teman atau pasangan. Karena dia punya tuntutan yang berlebih yaitu untuk mengisi kekosongan dirinya. Selain itu, akibat dari kekosongan itu, seorang NPD juga tidak bisa menyelami dirinya. Dia hanya di permukaan. Seperti hubungannya dengan orang lain.
                Kesulitan menyelami diri ini biasanya tergambar lewat Twenty Statements Test (TST). TST merupakan sebuah instrument untuk mengukur konsep diri seseorang. Berisi 20 pernyataan yang semua berawalan AKU. Pada orang normal, pernyataan awal akan berisi tentang pernyataan yang umum tentang dirinya. Seperti, Aku adalah anak dari si A, aku adalah mahasiswa universitas B, aku bekerja sebagai kasir, dan sejenisnya. Semakin lama tanpa sadar seseorang akan menyelami dirinya sehingga pernyataan yang muncul akan semakin menggambarkan keinginan alam bawah sadarnya, misal perasannya. Tapi, pada orang dengan NPD hal ini tidak terjadi karena ia kesulitan menyelami dirinya, kesulitan untuk mengenali dirinya sendiri. Sampai pada level tertentu ia kesulitan mengetahui keinginannya. Ia melakukan sesuatu hanya agar mendapat pujian, sanjungan dari orang lain sebagai kebutuhan dari ruang kosong dalam dirinya.

Penanganan
                Menemukan seseorang yang dapat mengisi ruang kosong dalam diri merupakan penanganan yang paling ampuh karena itu adalah akar penyebabnya. Tanpa menemukan seseorang yang fit dengan ruang kosong itu perawatan psikologis hanya akan meringankan gejala tapi tidak menyembuhkan. Melibatkan orang tua sangat penting dalam penanganan kasus ini, karena faktor penyebabnya juga bersumber dari kegagalan pola asuh orang tua.
                Seorang psikolog biasanya menggunakan sebuah pendekatan Transference-Focused Psychotherapy (TFP) untuk mengurangi perilaku merusak dan mengeksplore lebih jauh alam bawah sadar, pemikiran, dan jati diri seorang dengan NPD. Pendekatan ini akan membantu klien untuk menemukan jati diri dan menyelami keinginan alam bawah sadarnya.

                Oke, segitu aja tulisan tentang Narcissistic Personality Disorder. Saya bukan psikolog bukan juga mahasiswi jurusan psikologi. Tapi saya tertarik dengan ilmu psikologi yang membuat saya suka melakukan riset kecil2an tentang ilmu psikologi. Jadi, kalau ada mahasiswa psikologi atau psikolog yang baca ini dan informasi yang saya sampaikan keliru, silakan komen yaaa. Saya akan dengan senang hati menerima masukan.

                Hope you enjoy this! 😊