Hello movie freak!
Sebenarnya saya suka baca buku, tapi
ternyata saya lebih suka nonton film.hehe.. Tapi saya agak picky untuk memilih
tontonan. Tidak semua genre saya tonton. Salah satu genre yang sampai sekarang
agak membosankan buat saya adalah romance atau romance drama. Kalian pasti pada
tahu film La La Land ‘kan? Yang booming banget dan memenangkan beberapa
penghargaan itu. Rating film ini di metacritic (salah satu situs review film
berdasarkan para kritikus) sangat tinggi yaitu 9,3/10 dan di imdb ratingnya
juga gak kalah tinggi 8,3/10. Dari ratingnya aja udah ketauan film La La Land
ini bagus banget, dan setelah saya download jeng jeng jeng… saya gak suka
filmnya (maaf buat para pecinta film romance). Saya pun bukan penikmat
film-film drama korea yang full of romance. Genre yang saya suka mostly adalah
action, sci-fi, horror, fantasy, detektif2an, daaaan genre that I adore a lot
is animation.hehe… Yap, saya suka film-film Disney, kartun dan animasi
sejenisnya. Terlepas dari isu yang beredar bahwa di film-film Disney banyak simbol-simbol
illuminati, sex, LGBT, dan simbol merusak lainnya.
Oke, opening ngelanturnya udah yaa
(maafkan…). Jadi, film dangal ini bukan film yang full of nyanyi dan nari
seperti film india pada umumnya atau seperti sinetron india di tv yang
pandang2an aja sampe 5 menit. Rating film Dangal di imdb 8,8/10. Namun sayangnya di metacritic belum ada ratingnya. Sesuai judulnya,
dangal berarti gulat. Film ini bercerita tentang seorang mantan atlit gulat,
Mahavir Singh Phogat (Aamir Khan) yang terpaksa mengubur cita-citanya mempersembahkan
medali emas untuk India di ajang Internasional karena kurangnya dukungan dari
negara. Setelah mundur dari olahraga gulat ia menikah dengan Daya Kaur (Sakshi
Tanwar). Nah, ketika sang istri hamil, Mahavir begitu antusias karena cita-cita
yang ia kubur belum sepenuhnya mati. Diam-diam Mahavir berharap si jabang bayi
yang dikandung sang istri berjenis kelamin laki-laki. Karena bagi Mahavir,
hanya laki-laki yang bisa mewujudkan cita-citanya.
Cita-cita Mahavir sekali lagi
menemui jalan buntu, keempat anak yang dilahirkan Daya Kaur semuanya perempuan.
Segala macam upaya ia lakukan untuk mendapatkan anak laki-laki. Semua nasihat
dari saudara, tetangga, dokter, tabib, dll ia lakukan. Tapi tak ada satupun
yang berhasil. Maka, ketika kelahiran anak keempat ia benar-benar mengubur mati
cita-citanya. Hingga suatu hari kedua putri Mahavir, Geeta dan Babita, ketahuan
berkelahi dengan seorang bocah laki-laki. Pasalnya mereka kesal karena si bocah
laki-laki itu terus-terusan mengejek mereka. Mendengar cerita kedua putrinya,
Mahavir sumringah. Seperti menemukan secercah harapan untuk cita-citanya. Dan,
sejak hari itu Geeta dan Babita dididik menjadi atlit gulat. Sejak hari itu
pula kehidupan ‘perempuan’ Geeta dan Babita direnggut paksa. Mereka tak lagi
membantu ibu di dapur, di rumah, bahkan rambut mereka dipotong pendek secara
paksa oleh sang Ayah. Tak hanya itu, sikap Mahavir menuai banyak cemooh dan
kritik dari tetangga. Tentu imbasnya sangat dirasakan Geeta dan Babita. Tempat latihan
gulat di daerah mereka pun tak mau menerima murid perempuan hingga Mahavir
membuat arena gulat sendiri di tengah ladang.
Didikan ala militer yang diterapkan
oleh sang Ayah membuat Geeta dan Babita mencari ide agar Mahavir menyerah
menjadikan mereka atlit gulat. Tapi, justru ketika mereka hampir menyerah
mereka disadarkan akan kasih sayang Mahavir. Tentu bukan perkara mudah bagi
Mahavir menerima semua cemooh dan kritik dari sana sini (karena di India, wanita
hanya boleh berurusan dengan perkara rumah tangga saja), berhutang kepada bos
tempat ia bekerja, semua ia lakukakn demi masa depan Geeta dan Babita. Maka,
keesokan harinya tanpa dipaksa pun mereka sudah siap tepat pukul 05.00 pagi
untuk latihan. Daaaan, perjuangan mereka benar-benar dimulai.
Pertandingan pertama yang diikuti
Geeta adalah pertandingan yang diadakan di distriknya. Awalnya panitia menolak.
Namun, peluang penonton membludak dengan kehadiran pegulat wanita membuat
panitia berubah pikiran. Maka, Geeta pun diterima. Meski harus melawan anak
laki-laki, Geeta berhasil memenangkan pertandingan. Dan sejak kemenangan itu,
Geeta semakin mengharusmkan nama distriknya hingga tingkat nasional. Seperti yang
diharapkan, Geeta berhasil meraih medali emas di tingkat nasional, dan
konsekueninya adalah ia harus pindah ke asrama atlit untuk mendapatkan dilatih
mengikuti pertandingan internasional. Sungguh berat bagi Mahavir melepas putri
pertamanya itu. Namun, aturan tetaplah aturan. Maka, tinggallah Babita yang
dididik oleh Mahavir dengan berharap Geeta juga mendapat pelatih yang baik.
Ternyata, konflik belum usai. Di ajang
internasional tak satupun medali Geeta dapatkan. Ini membuatnya depresi. Padahal
ia patuh dengan teknik yang diajarkan sang pelatih. Depresi Geeta sedikit
berkurang dengan hadirnya sang adik, Babita, di asrama atlit berkat
kemenangannya di ajang nasional. Nah, dari sini dimulai kembali perjuangan Mahavir
mendidik anak-anaknya menjadi pegulat internasional.
Pelatih Geeta tidak percaya dengan
kemampuan Geeta di kelas 55 kg, maka tim gizi menyediakan menu diet untuk Geeta
agar bisa turun ke kelas 52 kg dan berhasil meraih medali. Tapi Ayah tetaplah
the real hero untuk anak-anaknya. Maka, tiap pagi Geeta dan Babita diam-diam
pergi ke tempat sang Ayah untuk makan dan berlatih. Namun itu hanya berlangsung
sementara, karena berat badan Geeta yang tak kunjung turun dan salah satu teman
di asrama atlit melaporkan tindakan mereka ke pelatih. Cekcok pun terjadi.
Geeta dan Babita hampir dikeluarkan. Namun, lagi-lagi berkat sang Ayah mereka
mendapat kesempatan kedua.
Lalu, bagaimana hasil akhirnya? Tonton
saja yaa,hehehe
Film ini menyajikan banyak adegan
gulat yang menurut saya terlihat sangat nyata. Memberi pengetahuan sekilas
tentang olahraga gulat dan memberi kesan haru sekaligus semangat juang
sepanjang cerita. Dan Aamir Khan benar-benar berhasil menggambarkan sosok
pegulat dengan badan kekar dan tampang sangar. Tentu menjelang ending cerita
masih ada beberapa konflik yang menambah greget alurnya. Film ini membuat saya
mengerti bahwa orang yang hanya hidup seperti air mengalir tentu tidak akan
sampai ke puncak kesuksesan. Karena salah satu sifat air adalah ia mengalir ke
tempat yang lebih rendah.
Tertarik nonton? Dijamin gak bakal
nyesel deh. I guarantee…
Review Film “Dangal” : Karena kesuksesan tidak datang kepada mereka yang hanya hidup seperti air mengalir