Bahagia,
senang, cinta, adalah beberapa contoh perasaan positif. Sedangkan sedih,
kecewa, marah adalah beberapa contoh perasaan negatif. Saat ini, di era yang
setiap orang bebas berpendapat, semua telunjuk menuding ke arah orang yang
merasakan perasaan negatif bahwa apa yang dirasakannya adalah suatu kesalahan.
Ketika
seseorang menangis, sedih karena karena hal buruk terjadi dalam hidupnya,
seseorang akan berkata;
“Nggak usah sedih. Masih banyak orang yang
merasakan hal yang lebih buruk daripada kamu.”
Lalu ketika
seseorang kecewa akan harapannya yang tak terwujud, seseorang akan berucap;
“Nggak usah kecewa, orang lain banyak yang
harapannya tidak terkabul sepertimu. Kamu masih mending, blab bla bla”
Semua orang
seolah sepakat bahwa ‘perasaan negatif’ itu tidak boleh dirasakan. Harus diusir
sejauh-jauhnya. Kalau sampai kamu merasakannya, kamu berarti orang yang lemah
dan tidak bersyukur.
Saya
jadi teringat film animasi Disney yang cukup populer pada masanya, judulnya Inside
Out. Film ini menceritakan tentang bagaimana emosi dan pikiran seorang gadis
bernama Railey yang sedang beranjak remaja bekerja. Railey tergolong anak yang
ceria, kedua orang tuanya sangat menyayanginya sehingga memori-memori yang
disimpan sebagian besar adalah memori kebahagiaan.
Sadness,
adalah satu-satunya emosi yang sama sekali tidak diperkenankan mengambil alih
kontrol atas Railey. Joy yang melarangnya. Ia beranggapan bahwa kesedihan hanya
akan membawa kenangan dan memori buruk. Hingga suatu hari, entah kenapa Sadness
sangat labil. Ia begitu menggebu ingin mengambil alih kontrol. Membuat
hari-hari yang dialami Railey jadi berantakan. Menangis di dalam kelas, marah
pada orang tuanya, kabur dari rumah, dan masih banyak hal.
Kejadian
yang menjadi titik balik dari film ini adalah ketika Sadness terbuang ke gudang
memori bersama Joy. Di sana mereka belajar dan menyadari bahwa semua emosi dan
sikap seseorang penting dan pantas dirasakan. Bahkan sedih dan menangis
sekalipun. Film ini menunjukkan bagaimana kebahagiaan bahkan bisa terwujud
selepas kesedihan menghantam. Kenangan indah bahkan bisa tercipta dengan
diawali deraian air mata.
Begitu pula
seharusnya kita. Sedih, kecewa, marah adalah perasaan yang pantas dirasakan dan
diakui sebagaimana bahagia dan gembira. Akui dulu, jangan ditolak. Kita pantas
sedih atas hal buruk yang terjadi. Kita boleh kecewa jika harapan kita tak
terwujud. Bahkan jika ingin menangis, menangislah! Toh ini air mata kita, kita
nggak nyuri punya tetangga. Kita tidak akan terlihat lemah hanya karena
menangis, kita bahkan nggak dosa hanya karena menangis.
Akuilah
segala perasaan. Karena kita manusia, bukan robot.
Tapi,
jangan berlarut-larut.
Bersambung…
Berpikir selalu positif, bertingkah seolah semua baik2 saja , sejatinya haya menipu dirisendiri , dan tak ada yg lebih melelahkan dan menguras energi dari menipu diri sendiri
BalasHapus