Ada banyak hal yang
tak pernah kita minta
Tapi Allah tak pernah alpa
menyediakannya untuk kita
Jika demikian, atas doa-doa yang
kita panjatkan
Bersiaplah untuk diijabah lebih dari
apa yang kita mohonkan
Kita selalu
punya potensi untuk husnudzon alias baik sangka. Jika tidak, tentu kita tak
akan punya harapan-harapan. Tentu kita juga telah memahami konsep “Allah sesuai
dengan prasangka hambaNya”. Lantas, apakah kita telah benar-benar dapat
menerapkannya kepada hamba-hambaNya?
Saya
akan mengisahkan sebuah cerita yang dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah. Tentang seorang petani
tua dan keledainya. Suatu hari, keledai tua milik petani tua terperosok ke
dalam sumur tua. Petani itu begitu menyayangi keledainya, sahabat perjuangan
selama belasan tahun. Maka, dicobanya segala cara untuk menolong sahabat
tercintanya keluar dari sumur tua yang gelap.
Mulanya ia mengambil tali, kemudai melemparkan ke dalam
sumur tua dan berseru, “Ambil tali itu dan ikatkan pada tubuhmu! Akan kutarik
kau ke atas!” usahanya yang pertama gagal. Kemudian ia mengikat talinya
membentuk laso dan sekali lagi melemparkannya ke dalam sumur tua. Diteriakinya
si keledai agar masuk ke dalam simpul tersebut. Cara kali ini juga gagal.
Si petani tua terus berusaha mencari cara agar keledai
sahabatnya itu dapat kembali ke sisinya. Hingga hari mulai gelap, si petani
duduk bersandar pada sumur tua tersebut. Ia mulai putus asa. Ia mendesah,
mengambil keputusan untuk menimbun sumur tua dengan tanah dan mengubur keledai
kesayangannya di dalam. Biarlah, “Keledaiku tersayang.. Terima kasih atas
persahabatan kita. Kini saatnya engkau beristirahat. Rehatlah dengan tenang,”
Mata si petani basah saat ia mengambil cangkul dan
melemparkan tanah ke dalam sumur tua. Si keledai marah saat segenggam tanah
mengenai punggungnya. Saat segenggam tanah kedua ia mulai mengerti apa yang
harus dilakukan. Ia memanfaatkan tanah-tanah itu untuk meninggikan pijakannya.
Hingga malam kian gelap, sang petani bersedih mengira bahwa keledainya telah
sempurna terkubur, ia merapal doa dalam tangis untuk sahabat tersayangnya. Saat
itulah, si keledai meloncati tubuhnya dengan ringkikan bahagia, keluar dari
sumur tanpa kurang suatu apa.
Itulah ajaibnya baik sangka.
Tugas kita adalah baik sangka. Bahwa yang seringkali kita
anggap musibah, mungkin saja sebuah pertolongan Allah. Jika kita berbaik sangka
maka hanya kebaikan yang akan terlihat dan kita terima. Kalaupun niatnya tak
suci, kita tetap bisa mendapatkan kebaikannya. Dengan prasangka baik.
Baik Sangka = Hasil