Lengket.
Berkeringat. Gerah. Cukup menjadi alasan untukku tetap sabar berdiri mengantre
di sini. Aku masih mengenakan kostum coklat-coklat sementara temanku yang lain
sudah segar sedang merapikan tenda kami. Sebuah gamis hitam terselip di antara
lenganku. Suara ‘byar byur’ air dari dalam kamar mandi menggelitik kesabaranku.
“Ah,
lama sekali, sih!”
KAMI PRAMUKA, TAPI KAMI TETAP MUSLIMAH