1.
Sediakan tempat khusus untuk sendiri.
Jika
munajat dilakukan dengan banyak orang, peluang untuk riya akan besar.
Sebaliknya, jika dilakukan sendirian di kamar, di mihrab pribadi, tidak ada
orang lain, kita akan lebih terjaga dari perbuatan riya. Hal ini telah
dicontohkan Siti Fatimah, putri nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah mempunyai
tempat khusus di rumahnya, semacam Mihrob, untuk melakukan shalat dan
bermunajat kepada Allah SWT. Di Mihrob inilah Siti Fatimah bermunajat dan
bertaqarrub kepada Allah SWT. Setiap malam ia melakukannya hingga kakinya
bengkak-bengkak seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Mulailah dengan Berwudhu
Awalilah
proses munajat dengan berwudhu. Lakukan wudhu yang terbaik, sempurnakan sunnah-sunnahnya,
hadirkan hati, hayati setiap melaksankan rukunnya, jangan biarkan setiap tetes
air wudhu lewat begitu saja. Allah SWT menggambarkan tentang wudhu ini dalam
firmannya, sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah SWT
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6).
3.
Shalat Sunnah Hajat Taubat
Setelah
shalat tahajud, lanjutkanlah dengan mengerjakan shalat sunat hajat taubat.
Sebenarnya dengan melakukan shalat tahajud penuh dengan keikhlasan cukup
sebagai pembuka sebelum taubat dan muhassabah diri. Dan dengan shalat tahajud
itu pula, kita sedang bertaubat kepada Allah SWT. Lakukan shalat dengan cara
yang terbaik, tertib dan khusyu.
4.
Berdoa, tafakur, dan bermuhasabah
Lakukanlah
doa memohon dibukakan hati, tafakur, dan muhasabah dengan mengucapkannya.
Jangan hanya dalam hati. Allah SWT memberikan gambaran tentang muhassabah atau
menghitung-hitung amal yang telah dilakukan dengan firmannya dalam Al-Qur’an
surat Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Hasyr:18)
5.
Mengingat kematian
Dengan
mengingat mati, rasa takut akan dosa yang belum ditaubati akan muncul.
Baagaimana bisa kembali pada Allah SWT, jika masih banyak dosa kita yang belum
kita taubati? Apa yang akan terjadi di akhir nanti jika Allah SWT belum
mengampuni dosa-dosa kita?
6.
Istigfar
Setelah
mengingat kematian, segeralah istigfar-i dosa-dosa kita satu persatu.
Istigfarlah dengan sepenuh hati. Mintalah ampun kepada-Nya atas segala dosa
yang telah dilakukan. Taubat tidak cukup dengan satu kali. Harus berali-kali
dan setiap saat. Allah berfirman: Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(Q.S.Ali Imron:133)
7.
Memohon dijaga dari dosa
Jika
sudah bertaubat, berdoalah Ya Allah SWT jauhkan hambamu dari kemusyrikan. Ini
mengisyaratkan bahwa hal yang paling utama kita lakukan adalah membersihkan
diri dari segala dosa, selanjutnya adalah minta supaya kita dijaga oleh Allah
SWT dari kemusyrikan dan dosa-dosa lainnya.
8.
Meminta maaf kepada orang yang kita pernah
melakukan kesalahan kepadanya
Jika
seorang anak berdosa kepada kedua orang tuanya, cepatlah meminta maaf kepada
keduanya. Jika mereka telah meninggal dunia, doakanlah agar mereka diampuni
dari segala dosa-dosanya, dan agar mereka mendapatkan kebahagiaan di alam
kuburnya
PPSM Di STIKES WIDYAGAMA HUSADA