Film
india lagi? Yap!
Kenapa
bukan film Hollywood? No no no, antimainstream dong! Hihihi
Film
Hollywood itu pasti udah banyak yang review, kalau film Bollywood masih jarang
bahkan banyak yang membuat stereotip film Bollywood identik dengan nyanyi dan
nari nggak jelas di bawah hujan. Padahal banyak juga film Bollywood yang keren,
salah satunya yang paling popular adalah 3 idiots. Dan review ini dibuat tentu
karena menurut saya pesan di film ini ngena banget. Banyak orang yang
berpendapat nonton film itu wasting time. Menurut saya sih it depends on what
you watch yaa. Kalau yang ditonton berfaedah dan menginspirasi, why not?
Oke, let’s start!
Ada yang pernah nonton film Bollywood
dengan judul “PINK”? Kalau pernah, film ini senada dengan film yang dibintangi
Amitabh Bachchan itu. Atau pernah nonton serial pertama film ini dengan judul
yang sama tapi aktornya berbeda? Saya sih belum nonton serial pertamanya (and I
got interested to watch it). Yap, film ini bercerita tentang penegakan keadilan
dan betapa mahalnya keadilan di sebuah kota bernama Lucknow, India. Ratingnya
di imdb lumayan tinggi 7,7/10, lebih tinggi 0,3 dari serial pertamanya.
Jolly (Akshay Kumar) merupakan seorang
pengacara yang bernasib kurang beruntung akibat sikapnya yang ‘selengean’. Ia
hanya menjadi asisten pengacara ternama bernama Tn. Rizvi, itu pun karena sang
Ayah dulunya adalah sekretaris Tn. Rizvi. Sejak lulus dari sekolah hukum ia
belum pernah menangani satu kasus pun padahal ia bermimpi memiliki kantor
pengacara sendiri. Sikapnya yang teledor menimbulkan banyak petaka, salah
satunya adalah kematian Hina, seorang wanita hamil 8 bulan yang suaminya terbunuh
di tangan apparat kepolisian Lucknow. Ia mengatasnamakan Tn. Rizvi demi uang 2
lakh (sekitar 40 juta rupiah) dari Hina yang sedang mencari keadilan atas
kematian sang suami. Ketahuan ditipu, Hina sangat terpukul hingga akhirnya
bunuh diri. Keluarga Hina sangat terpukul, Tn. Rizvi pun marah besar bahkan
menuduh Jolly sebagai penyebab kematian Hani. Ayah Jolly amat kecewa hingga tak
ingin melihat wajah anaknya lagi. Karir dan kehidupan Jolly benar-benar hancur
akibat ulahnya sendiri.
Di tengah keterpurukan, Jolly bertekad
untuk menebus kesalahannya dengan menyelesaikan kasus Iqbal Qasim (suami Hina).
Bagi seorang pengacara belum berpengalaman kasus ini sangat berat. Bahkan
pengacara sekelas Tn. Rizvi pun tidak berani ambil resiko menangani kasus ini.
Ditambah lagi pengacara yang menjadi lawan Jolly merupakan pengacara senior handal,
Pramod Mathur. Jolly tidak hanya melawan Pramod Mathur, tapi juga melawan
banyak pihak terkait yang menutupi busuknya kebohongan kasus ini. Yang membuat
penonton semakin gregetan adalah hakim yang bertugas dalam persidangan kasus
Iqbal Qasim terlihat kurang kompeten, tapi justru membawa nuansa komedi dalam
film ini.
Perjuangan Jolly menemui banyak
rintangan. Mulai dari kesulitan mencari bukti dan saksi hingga penembakan atas
dirinya oleh anak buah suruhan tersangka pembunuh Iqbal Qasim. Hingga menjelang
akhir film pun saya masih menanti kapan Jolly akan benar-benar menemukan jalan
terang untuk menyelesaikan kasus ini. Kalian juga penasaran bagaimana Jolly
menyelesaikan kasus ini? Tonton saja. Saya jamin kalian gregetan, terharu,
gemes, bahagia, dan sejuta reaksi lainnya.hehehe
Dibanding film yang pernah saya tonton
sebelumnya yang juga menampilkan adegan-adegan persidangan, adegan persidangan
di film ini saya kurang suka. Terlihat kurang tertib dan kurang menggiring
penonton untuk berpikir kira-kira bukti atau saksi apa lagi yang bisa
dihadirkan. Cara Jolly melawan pernyataan Pramod Mathur dan memanipulasi
pertanyaan hingga menjebak saksi lawan untuk mengungkapkan kebenaran kasus juga
menurut saya kurang (masih lebih bagus film PINK). Kasus penipuan Jolly
terhadap Hina pun tidak dibahas detail padahal menurut saya itu sangat penting
bagi karir seorang pengacara. Meski begitu film ini sukses bikin saya nangis
bombay terharu dengan betapa langkanya keadilan untuk rakyat kecil yang tak
berduit. Saya jadi berharap ada film Indonesia yang mengangkat ketumpulan hukum
Indonesia untuk kalangan ‘atas’.
Sebagai penutup saya kasi cuplikan
kalimat si hakim yang menurut saya cukup keren.
“Masyarakat masih memiliki kepercayaan
kepada sistem peradilan. Mereka percaya jika pemerintah tidak mendengar mereka,
polisi dan bagian administrasi tidak mendengar mereka, maka pengadilan akan
mendengar mereka. Pengadilan akan mendengar dan memberi mereka keadilan. Jadi,
untuk semua orang yang duduk di kursi ini, memiliki tanggung jawab untuk tidak
menghancurkan kepercayaan itu.”
Soooo, selamat menonton!
Review Film "Jolly LLB 2": Injustice Anywhere Is A Threat To A Justice Everywhere