Pengguna
Snapchat dan Instagram pasti tidak asing dengan fenomena yang belakangan
membanjiri timeline sosial media. Eits, bukan fenomena yang dimulai sejak salah
satu Gubernur di Indonesia slip the tongue itu yaa. Ini fenomena yang cukup
serius tapi dibawa santai aja lah.hehehe
Sejak beberapa bulan terakhir Instagram
gencar mengupdate fitur-fiturnya. Mulai dari beberapa foto yang bisa diupload
dalam sekali unggah, collection, instastory, dan yang paling baru adalah fitur
edit video wajah jadi lucu-lucu yang menjadi ke-khas-an Snapchat. Itu artinya,
lengkap sudah Instagram menduplikasi fitur-fitur Snapchat. Salah satu vlogger
dan blogger Gita Savitri Devi juga mengungkapkan kekecewaannya atas fenomena
ini dalam salah satu instastory-nya. Sebenarnya saya bukan pengguna Snapchat,
jadi baru tahu tentang fenomena ini setelah menonton instastory si Gita itu
Tadi saya sempat scroll timeline Line
saya dan menemukan berita heboh bahwa Snapchat mengalami kerugian miliaran
dollar akibat ulah Instagram yang menirunya habis-habisan. Hmmm, apa ini
plagiarisme? I dunno. Karena saya tidak tahu fitur-fitur di Snapchat apakah
sama persis dengan tiruan yang dilakukan Instagram. Pasalnya Instagram
melakukan update fitur-fitur itu karena fitur Instagram yang lama cenderung
membuat pengguna cepat bosan. Likes yang sedikit membuat pengguna cepat-cepat
ingin menghapus postingannya. Tapi gak usah niru punya tetangga juga kali, ya?
Bicara soal plagiarisme, pernah kepikir
gak kalau plagiarisme ini sebenarnya banyak dilakukan pelajar-pelajar di
Indonesia? Parahnya, plagiarisme ini sudah umum di kalangan mahasiswa. Fenomena
copy-paste tugas-tugas kuliah sudah sangat umum terjadi. Comot sumber sana sini
tanpa memperhatikan kesahihannya sudah jadi hal biasa. Lalu, setelah lulus si
mahasiswa bergelar sarjana dan menjadi masyarakat kalangan intelek. Apa masih
pantas disebut intelek jika kuliahnya dari hasil plagiat?
Oke oke, saya tahu tidak semua
mahasiswa melakukan itu (semoga termasuk saya,hehehe). Tapi, berapa sih
perbandingannya? Sepertinya cukup berat sebelah. Persoalan kuliah dan mahasiswa
memang tidak ada habisnya diperbincangkan. Pun selalu ada celah untuk
orang-orang curang memanipulasinya. Seminggu lalu, saat sibuk-sibuknya tes
SBMPTN, ada sebuah postingan seorang mahasiswa UGM yang mengaku mendengar
percakapan seorang joki ujian. Joki ujian ini banyak digunakan oleh mereka yang
mampu bayar tapi tidak mampu tembus PT tertentu. Terlepas benar atau tidak,
jika dari awal masuk saja sudah dilalui dengan jalan yang salah maka tidak
heran ketika kuliah segala cara dilakukan demi mendapat nilai bagus. Bahkan cara
plagiat.
Plagiarisme itu pembodohan. Ketika kita
mendapat satu tugas dari dosen, tentu harapan si dosen dengan tugas itu kita
jadi belajar. Membaca banyak referensi dan menarik benang merahnya lalu
merangkumnya dalam tugas kita. Saya yakin tidak ada satu dosen pun yang ketika
memberi tugas berharap mahasiswanya jadi bodoh. Tapi, ternyata kita sendiri
yang membodohi diri kita dengan copy-paste bahan milik orang lain tanpa kita
tahu sumbernya dengan jelas (kebanyakan hasil googling). Lalu kita edit sedikit
biar rapih dan memberinya cover dengan mencantumkan nama kita sebagai penyusun
atau penulis. Bukankah ini plagiarisme?
Bukan dalam tugas kuliah saja, bahkan
ada yang meniru skripsi orang lain plek-plekan. Saya tidak pernah melihat
langsung, sih. Cuma beberapa dosen seringkali menceritakan hal serupa. Dan
naasnya, plagiarisme itu baru diketahui setelah sidang hasil. Beberapa juga
diketahui sebelum melakukan penelitian. Saya sangat miris tiap mendengar cerita
seperti itu. Ratusan lembar hasil keringat yang disusun dengan penuh perjuangan
tiba-tiba ditiru orang lain plek-plekan. Sakitnya tuh di sini!
Pendidikan kita kalah jauh dengan
negara-negara tetangga mungkin juga karena plagiarisme di kalangan pelajar.
Padalah, orang-orang yang sekarang duduk di bangku kuliah ini nantinya akan menentukan
masa depan Indonesia. Mereka akan duduk di kursi pemerintahan, menjadi
pengajar, menjadi ibu, menjadi bapak, menjadi pengusaha, dan lain sebagainya.
Jika plagiarisme sudah mendarah daging, mungkin nanti akan ada masa di mana
bangsa kita akan krisis identitas. Terbiasa mencontek hasil kerja dan karya
orang lain sampai lupa dengan ke-khas-an diri sendiri. Ayo kita perbaiki dari
sekarang!
Stop plagiarisme!
Fenomena Snapchat-Instagram dan Plagiarisme