“Nantinya, hanya
pasangan kita yang akan mengerti, menerima kita apa adanya, dan mengisi
hari-hari selama sisa hidup kita.”
Kepribadian
Narsistik
Kata
narsis sudah sangat familiar di era sekarang. Orang mudah menjuluki orang lain
narsis. Narsis, pada level tertentu merupakan sebuah gangguan kepribadian. Narcissistic Personality Disorder. American Psychiatric Association menjelaskan
bahwa gangguan kepribadian narsistik (NPD) sebagai pola yang membesar-besarkan
sesuatu (baik dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi, dan lemah
dalam empati, yang dimulai dari dewasa awal dan hadir dari berbagai konteks. Orang
dengan gangguan kepribadian narsistik umumnya berharap orang lain melihat
kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi mereka biasa saja, dan mereka
menikmati bersantai di bawah sinar pemujaan.
Angka kejadian gangguan kepribadian narsistik ini
sekitar 0-6,5% di Amerika Serikat. Saya belum mendapat data yang valid untuk
angka kejadian di Indonesia. Orang tua sangat berperan penting dalam
terbentuknya kepribadian narsistik ini. Kurangnya empati dari orang tua pada
fase perkembangan anak merupakan faktor risiko utama. Kurangnya empati dari
orang tua sejak masa perkembangan anak menyebabkan si anak terfiksasi atau
stuck di tahap perkembangan grandiose di mana seseorang menganggap dirinya
lebih daripada orang lain. Dampak ini terus berlanjut hingga dewasa yang
menyebabkan seseorang terus mencari tanpa henti sosok ideal yang dapat memenuhi
kebutuhan empati yang tidak ia dapatkan dari orang tuanya sejak kecil.
Gejala yang biasanya muncul pada seorang NPD adalah
merasa lebih dibanding orang lain, fantasi akan kesuksesan dan kekuasaan,
kebutuhan untuk dipuji atau disanjung, kurang berempati pada orang lain, suka
mengeksploitasi orang lain, perasaan iri yang berlebihan, merasa yang paling
berhak untuk menerima apresiasi, dan menampakkan kemarahan. Seorang dengan NPD
bisa juga tampak seperti seorang dengan self-esteem yang rendah, tidak bisa
mengelola kritik, punya level pencapaian yang tinggi, kesepian, merasa butuh
menjadi objek perhatian, dan memiliki perasaan terhina dan malu yang kuat.
Ruang Kosong
Semua
gejala yang ditunjukkan oleh seorang dengan gangguan kepribadian narsistik itu
bersumber dari satu hal yaitu ruang kosong dalam diri orang tersebut. Ruang kosong
ini berisi kebutuhan akan empati. Anak yang tidak mendapat empati dari orang
tuanya perlahan-lahan akan menjauh sebagai akibat dari kekosongan itu. Orang tuanya
tidak dapat menjadi cermin yang baik akan kebutuhan empatinya.
Ada suatu fakta yang menyebutkan bahwa semakin dewasa
seseorang maka kehadiran orang tua akan semakin intens. Pada masa remaja akan
berkurang, tapi saat usia beranjak dewasa akan semakin intens. Tapi, pada orang
dengan NPD justru sebaliknya. Semakin dewasa kehadiran orang tua akan semakin
menghilang. Hal ini sebagai bentuk kompensasi dirinya yang tidak mampu melihat
cerminan empati dalam diri orang tuanya. Akibatnya, ruang kosong itu akan tetap
kosong.
Pada orang dengan NPD biasanya tidak bisa menjalin
hubungan yang mendalam dengan seseorang, baik itu teman atau pasangan. Karena dia
punya tuntutan yang berlebih yaitu untuk mengisi kekosongan dirinya. Selain itu,
akibat dari kekosongan itu, seorang NPD juga tidak bisa menyelami dirinya. Dia hanya
di permukaan. Seperti hubungannya dengan orang lain.
Kesulitan menyelami diri ini biasanya tergambar lewat
Twenty Statements Test (TST). TST merupakan sebuah instrument untuk mengukur
konsep diri seseorang. Berisi 20 pernyataan yang semua berawalan AKU. Pada orang
normal, pernyataan awal akan berisi tentang pernyataan yang umum tentang
dirinya. Seperti, Aku adalah anak dari si A, aku adalah mahasiswa universitas
B, aku bekerja sebagai kasir, dan sejenisnya. Semakin lama tanpa sadar
seseorang akan menyelami dirinya sehingga pernyataan yang muncul akan semakin
menggambarkan keinginan alam bawah sadarnya, misal perasannya. Tapi, pada orang
dengan NPD hal ini tidak terjadi karena ia kesulitan menyelami dirinya,
kesulitan untuk mengenali dirinya sendiri. Sampai pada level tertentu ia
kesulitan mengetahui keinginannya. Ia melakukan sesuatu hanya agar mendapat
pujian, sanjungan dari orang lain sebagai kebutuhan dari ruang kosong dalam
dirinya.
Penanganan
Menemukan
seseorang yang dapat mengisi ruang kosong dalam diri merupakan penanganan yang
paling ampuh karena itu adalah akar penyebabnya. Tanpa menemukan seseorang yang
fit dengan ruang kosong itu perawatan psikologis hanya akan meringankan gejala
tapi tidak menyembuhkan. Melibatkan orang tua sangat penting dalam penanganan
kasus ini, karena faktor penyebabnya juga bersumber dari kegagalan pola asuh
orang tua.
Seorang psikolog biasanya menggunakan sebuah
pendekatan Transference-Focused Psychotherapy (TFP) untuk mengurangi perilaku
merusak dan mengeksplore lebih jauh alam bawah sadar, pemikiran, dan jati diri
seorang dengan NPD. Pendekatan ini akan membantu klien untuk menemukan jati
diri dan menyelami keinginan alam bawah sadarnya.
Oke, segitu aja tulisan tentang Narcissistic
Personality Disorder. Saya bukan psikolog bukan juga mahasiswi jurusan
psikologi. Tapi saya tertarik dengan ilmu psikologi yang membuat saya suka melakukan riset kecil2an tentang ilmu psikologi. Jadi, kalau ada mahasiswa
psikologi atau psikolog yang baca ini dan informasi yang saya sampaikan keliru,
silakan komen yaaa. Saya akan dengan senang hati menerima masukan.
Hope you enjoy this! 😊
Ruang Kosong